Secangkir
kopi. Mungkin banyak orang bertanya-tanya, kenapa kopi? Apa enaknya? Kenapa gak
pesen es krim aja sih. Kan enakan es krim?! Haha…
Mungkin
kalian gak tau makna secangkir kopi. Bagi saya kopi selalu menunjukkan
keistimewaan tersendiri ketika sampai dipangkal lidah. Kopi memiliki filosofi
yang kuat. Tak heran banyak penikmat kopi rela mencoba beraneka ragam jenis
kopi hingga berkeliling dunia. Demi secangkir kopi? Ya. Tapi jujur saya disini bukan
penikmat kopi seperti itu. Dari secangkir kopi, saya mampu melarutkan berbagai hal
didalamnya.
* * *
Setengguk kopi.
Sekejap
saya mampu membayangkan raut wajah Almarhum Bapak saya. Beliau dengan separuh
badan kirinya yang lumpuh, selama tujuh setengah tahun menderita stroke. Tapi disatu
sisi Bapak masih rela duduk disamping tempat tidur, menemani saya yang
semalaman lembur mengerjakan tugas kuliah. Ketika pahit kopi sampai dipangkal
tenggorokan. Pahitnya selalu memaksa saya untuk meneteskan air mata. Sadar! Apa
yang sudah saya lakukan selama satu bulan itu, bahkan waktu itu tepat dibulan
Ramadhan. Hingga sakaratul maut memanggil Bapak untuk meninggalkan saya
beberapa minggu setelah hari suci Idul Fitri.
* * *
Setengguk kopi.
Merasakan
beratnya kuliah dengan beragam tugas yang selalu menemani saya disetiap
semesternya. Larutan gula didalam secangkir kopi ternyata masih tetap tak mampu
menghilangkan rasa pahit yang masih terasa dipangkal lidah. Di Semester 5
akhirnya saya merasakan yang namanya kegagalan. Di salah satu mata kuliah saya
berhasil mendapatkan nilai D. Kasarannya, saya di vonis tidak lulus dan mau
tidak mau harus mengulang tahun depan. Menyakitkan! Mengingat saya dari
keluarga pas-pasan yang hingga sekarang masih diberi kesempatan merasakan
pendidikan dibangku perkuliahan.
* * *
Setengguk kopi.
Saya
akhirnya menemukan kebahagiaan tersendiri bersama seorang perempuan yang beda
usianya waktu itu lima tahun dengan saya. Tapi dalam satu teguk kali ini manisnya
kopi memang tidak bertahan lama. Manis fatamorgana. Makin dirasa, dipangkal
lidah makin merasakan pahitnya. Sudah cukup sekian kan?! Akhirnya semua janji
manisnya tidak semanis ketika dulu ia menganggukkan kepala dihadapanku.
Manis
pahit dalam secangkir kopi siapa yang tahu?
Ketika kamu meneguk secangkir kopi. Sebanyak apapun kamu melarutan gula didalamnya,
kopi tetaplah kopi, yang punya sisi pahit yang tak mungkin kamu sembunyikan.